Langsung ke konten utama

Penulisan Al Qur'an Pada Masa Abu Bakar Ash-Shidiq | daunjatuh144

Penulisan Al-Qur’an di masa Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Reduksi Al-Qur’an”

A. Pendahuluan 
Al Quran adalah wahyu yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam melalui perantara malaikat jibril. Al Quran menjadi penyempurna dari kitab-kitab samawi sebelumnya, dari mulai zabur, taurat, hingga injil. Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur atau secara mutawattir. Salah satu hikmah diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur ada yaitu memberikan kemudahan bagi umat dalam menghafal dan memahami isi kandungan yang ada dalam Al-Qur’an. Ketika beberapa ayat Al-Qur’an turun jibril menyampaikan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam, kemudian Rasulullah mengajarkan kepada para sahabat dengan menghafal, merenungkan makna yang terkandung. 

B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana sejarah penulisan Al-Qur’an?
2. Apa yang menjadi kerancuan pemahaman mengenai reduksi Al-Quran?
C. Tujuan
1.Untuk mengetahui bagaimana sejarah penulisan Al-Qur’an
2.Untuk mengetahui apa yang menjadi kerancuan pemahaman mengenai reduksi AlQuran

D. Pembahasan
1. Sejarah Penulisan Al-Qur’an
Penulisan Al-Qur’an dilanjutkan oleh para sahabat dengan menuliskan ayat-ayat tersebut 
dibeberapa media, seperti batu pipih, pelepah kurma, tulang, potongan kulit. Penulisan Al Qur’an tersebut dilakukan pada masa Rasulullah. Ayat yang telah ditulis dibeberapa media tersebut tidak lantas dibiarkan begitu saja, namun para sahabat juga memperlihatkan tulisan tersebut kepada Rasulullah. Dalam hal ini ayat tidak dikumpulkan menjadi satu namun masih terpisah-pisah dibeberapa sahabat. Karena saat itu ayat Al-Qur’an belum seluruhnya turun hingga belum bisa disatukan dalam satu mushaf. Hingga akhirnya, setelah Rasulullah wafat para sahabat mendapat petunjuk untuk mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf agar Al-Qur’an dapat terjaga dari 
zaman ke zaman. 

Penulisan Al-Qur’an tetap dilanjutkan pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq yang pada saat beliau menghadapi banyak tantangan dengan bermunculannya nabi palsu, juga adanya pertempuran Yamamah yang menyebabkan sekitar 70 pasukan muslim penghafal Al-Qur’an syahid dalam pertempuran ini. Dalam hal ini Umar bin Khattab merasakan kegelisahan dan memberikan usulan agar Al-Qur’an dikumpulkan dalam satu mushaf karena jika tidak dikumpulkan dikhawatirkan Al-Qur’an akan lenyap karena banyaknya penghafal Qur’an yang gugur dalam Perang Yamamah. 
Hingga akhirnya mulailah pengumpulan lembaran-lembaran Al-Qur’an dari berbagai media seperti pelepah kurma, tulang unta, bebatuan dan semua media yang digunakan dalam penulisan Al-Qur’an dikumpulkan menjadi satu. Zaid bin Tsabit dalam hal ini bertugas untuk menuliskan Al-Qur’an.
 Pada 13 Hijriyah Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq wafat kemudian lembaran-lembaran 
Al-Qur’an tersebut diberikan kepada Umar bin Khattab, hingga Umar wafat kemudian diberikan kepada Hafshah binti Umar untuk disimpankan. Kemudian pada masa pemerintahan Utsman bin Affan dimulai lagi untuk pengumpulan Al-Qur’an. 
Pengumpulan Al-Qur’an dimulai lagi dari Utsman bin Affan yang meminta Hafshah binti Umar untuk mengirimkan lembaran-lembaran Al-Qur’an itu. Kemudian Utsman mengutus beberapa sahabat seperti Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdurahman Harits bin Hisyam untuk menyalin lembaran Al-Qur’an tersebut. Ada beberapa perbedaan dialek bahasa dalam pelafalan Al-Qur’an namun mushaf tetap dituliskan dalam satu dialek bahasa diantara tujuh dialek bahasa. 
Kemudian Utsman mengutus beberapa sahabat untuk mengirimkan salinan mushaf ke berbagai penjuru wilayah. Namun, terkait jumlah mushaf yang dikirimkan Utsman ke beberapa wilayah juga terdapat beberapa pendapat, ada yang mengatakan tujuh, lima, empat. Disini saya menuliskan yang tujuh salinan mushaf dikirimkan ke Mekkah, Syam, Yaman, Bashrah, Kuffah, Bahrain dan Madinah. Utsman juga menyimpan satu mushaf di Madinah. Beliau juga memerintahkan untuk membakar lembaran mushaf lainnya agar tidak menimbulkan perselisihan dan menyatukan umat Muslim dengan versi qiraah yang sama. 

2. Kerancuan Pemahaman Mengenai Reduksi Al-Quran
Kritik terhadap kerancuan penulisan Al-Qur’an ini terdapat berbagai syubhat yang tertolak yang disampaikan oleh para pengikut hawa nafsu yang bertujuan untuk melemahkan kepercayaan umat terhadap keaslian Al-Qur’an. Ada beberapa syubhat yang diberikan bantahan didalamnya.
Syubhat pertama, merekan mengatakan bahwa didalam atsar-atsar menunjukan ada sebagian AlQuran yang hilang dan tidak dituliskan dalam Al-Qur;an setelah dijadikan satu mushaf, tanggapan yang diberikan yaitu teringatnya kembali Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pada satu atau beberapa ayat yang terlupakan atau beliau gugurkan karena lupa sama sekali tidak membuat rancu dalam penulisan Al-Qur’an, dalam hal ini sama sekali tidak membuat rancu atau mengurangi validitas dari Al-Qur’an itu sendiri. Atsar yang ke-2 dalam QS. Al-A’la ayat 6 dan 7 Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah 
menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. Pengecualian ini menunjukan bahwa Rasulullah dibuat lupa beberapa ayat. Tanggapan yang diberikan dalam atsar ini adalah Allah berjanji kepada Nabi Muhammad bahwa ketika beliau menghafal dan membaca Al-Qur’an Allah menjamin tidak akan lupa. Allah berkehendak terhadap seluruh sesuatu jika andaikan Allah berkehendak untuk menarik lagi apa yang telah diberikan maka tidak ada yang dapat menghalangi hal tersebut. 
Syubhat kedua yang diberikan oleh para pengikut hawa nafsu yang tidak sesuai dengan aslinya yaitu mereka mengatakan bahwa didalam Al-Qur’an ada sesuatu yang bukan bagian darinya. Mereka berdalil dengan riwayat yang menyebutkan bahwa Ibnu Mas’ud mengingkari jika surah Al-Falaq dan An-Nas bagian dari Al-Qur’an. Tanggapan dari atsar ini terdapat riwayat yang dinukilkan dari Ibnu Mas’ud ini tidak shahih dan menyalahi ijma umat. Imam Nawawi menyatakan bahwa kaum Muslimin menyepakati bahwa Al-Falaq, An-Nas, dan Al Fatihah bagian dari AlQur’an. Riwayat yang dinukilkan Ibnu Mas’ud bathil dan tidak shahih. 
Syubhat yang ketiga yaitu adanya pernyataan yang disampaikan oleh para ekstrimis Syiah bahwa sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan telah mengubah AlQur’an dan tidak mencantumkan beberapa ayat dan surah. Dalam hal ini diberikan tanggapan secara keras bahwa pernyataan ini adalah bathil, tidak ada bukti, dan perkataan yang bodoh. Ali bin Abi Thalib memutuskan para pernyataan pendusta yang mengaku membelanya, nmaun mereka 
justru mengatakan hal-hal yang mereka tidak mengetahuinya.

E. Kesimpulan
Al Qur’an diturunkan secara mutawattir dengan salah satu hikmah memberikan kemudahan
bagi umat dalam menghafal dan memahami isi kandungan yang ada dalam Al-Qur’an. Setelah 
Rasulullah diberikan wahyu oleh malaikat jibril belaiu langsung mengajarkan kepada para 
sahabat dengan menghafal, merenungkan makna yang terkandung. 
Para sahabat kemudian menuliskan ayat-ayat tersebut dibeberapa media, seperti batu pipih, 
pelepah kurma, tulang, potongan kulit. Penulisan Al-Qur’an tersebut dilakukan pada masa Rasulullah hingga pada masa Khalidfah Abu Bakar Ash-Shidiq. Setelah penulisan Al-Qur’an selesai dilanjutkan pada masa khalifah Utsman bin Affan yang mengumpulkan Al-Qur’an kedalam satu mushaf dengan satu dialek yang sama.
Kemudian dalam hal sejarah penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an ada kritikan terhadap 
kerancuan pemahaman mengenai reduksi penulisan Al-Qur’an, dalam hal ini terdapat berbagai syubhat yang tertolak yang disampaikan oleh para pengikut hawa nafsu yang bertujuan untuk melemahkan kepercayaan umat terhadap keaslian Al-Qur’an.


Referensi 
Lisān al-‘Arab. Kairo: Dār al-Ma’ārif, 1119 H.
Madyan, Ahmad Shmas. Penelusuran Sejarah al-Qur’an Versi Orientalis: Sebuah Gambaran 
Metodologis. Empirisma. Vol. 24. No. 1, Januari 2015. Manzur, Ibnu. 
Manna’ al-Qaththan, Mabahis fi Ulum al-Qur’an, Solo : Ummul Qura, 2017.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Lelah

kali ini izinkan saya bercerita tentang apa yang saya alami beberapa waktu ini. Mungkin terasa biasa bagi sebagian orang, namun buatku ini tidak mudah. Banyak hal yang telah saya lewati sebelumnya namun kali ini benar-benar terasa berbeda, under pressure. Lelah pikiran iya, badan iya, mental iya. campur aduk. emang boleh se-lelah ini?  To be honest, aku lelah.  Belum ku temukan orang yang bisa aku ceritakan bagaimana struggling yang aku hadapi, aku selalu terlihat baik-baik saja meskipun sebenarnya aku tidak baik-baik saja. Kepada diri, kau hanya butuh rehat sejenak, jangan semua kau jadikan beban karena semua bisa diurai. Layaknya benang kusut, yang diurai satu persatu akan kembali seperti sediakala.  Proud of you! 10.59 in clinic, ditengah antrian menunggu surat rujukan:'

Langkah Baru 2025

awal mula memulai pertemuan di tempat baru. masyaaAllah Alhamdulillah.. baru kali ini ikut langsung gass ke luar kota.  Dipertemukan dengan orang baik adalah harapanku untuk menutup tahun ini, karena tak mudah menemukan orang yang menjaga kesalingan itu. Aku temukan orang-orang hebat disini, belum lagi cerita ceritanya yang berdaging. meskipun kita mengobrol seperti biasa tapi serasa sudah mendapatkan kelas 3 sks. Daging banget! Alhamdulillah Alhamdulillah ala ni'matillah dipertemukan dengan orang-orang hebat yang berkontribusi di masjid. Aku sejak bergabung di kegiatan masjid berpikir untuk terus bisa berkembang dan berkontribusi dimasjid, dimanapun tak hanya terbatas di lingkungan kampus. Karena saat ini saya tak lagi di kampus tapi keinginan untuk tetap menjadi khodim/pelayan masjid sampai sekarang masih terus aku upayakan. To be honest, ada ketenangan ketika kita berada pada orang-orang yang memiliki visi yang sama untuk sama sama berjuang di masjid. Mas...

Nikmat yang Terlupakan

terkadang ketika kita melihat sebagian dari orang dengan mudah membanding-bandingkan dan menerka-nerka apa yang menjadi takdir nantinya. Sungguh terkadang benar apa yang disampaikan saat kajian psikologi sepekan yang lalu, yaitu kita ini manusia yang lupa, lupa kalau kita ini telah bersaksi dihadapan Allah, kita lupa kalau kita punya Allah, kita terlalu sibuk mengkhawatirkan masa depan dan menerka-nerka apa yang terjadi di esok hari tanpa memikirkan bahwa ada Allah . Allah yang telah memberikan segala banyak hal yang telah kita dapatkan saat ini, terlebih kadang nikmat-nikmat yang kita rasakan saat ini pun mulai terlupakan dengan kekhawatiran yang kita rasakan. Nikmat bisa berkumpul dengan keluarga, nikmat ketika kita makan dengan aman, nikmat kita masih diberikan kesehatan sehingga bisa mencoba banyak makanan ketika berbuka puasa, nikmat ketika bisa kumpul bersama saudara, tertawa bersama, nikmat itu terkadang kita lupakan dan kita ganti dengan kekhawatiran-kekhawatiran ya...